Sabtu, 26 Juli 2014

TAK INGIN ADA SESAL

Gambar dari wallcoo.net
"Kuliahnya sudah selesai, dek?"

Deg. Inilah kali pertama aku ditodong orang tua dengan pertanyaan yang terasa begitu sensitif saat ini.

Saat Ramadhan mendekati lebaran, saat keluarga besar mulai berkumpul. Saat inilah pertanyaan-pertanyaan sensitif mulai bermunculan. Kapan wisuda? Sudah ada calon? Kapan menikah?

Beberapa tahun terakhir, banyak teman yang mengeluhkan hal ini. Kini, satu per satu mulai terlepas dari pertanyaan tersebut beranjak ke pertanyaan lain. Kerja dimana? Sudah menikah? Sudah punya anak? Berapa?

Sedang aku. Penghujung Ramadhan tahun inilah, aku justru baru tahu rasanya menjadi mahasiswa tingkat akhir (di kesempatan keduaku sebagai seorang mahasiswa) yang dikejar-kejar dengan pertanyaan kapan lulus dan wisuda.


Ramadhan tiga tahun lalu, semua masih terasa biasa-biasa saja. Tak ada pertanyaan sensitif macam ini. Mungkin karena saat itu aku sudah mengikuti prosesi wisuda sebagai bukti telah menyelesaikan pendidikan sarjanaku dua bulan sebelum Ramadhan. Usia yang belum genap 21 saat itu menjadikanku berada di posisi aman karena dianggap masih terlalu muda untuk mengarah ke rencana pernikahan.

Tahun ini. Aku mulai menebak bahwa kedua orang tuaku mengajukan pertanyaan itu karena ada alasan lain. Ya. Aku sadar usiaku sudah masuk tahun 24 sekarang. Mungkin orang tuaku mulai memikirkan persiapan-persiapan untuk mengantarkan anak gadisnya pada fase kehidupan berikutnya. Tebakanku ini bukan tanpa dasar. Ibu tak hanya menanyakan perihal kuliahku tapi juga tentangmu? Itu sudah cukup menjadi dasar bukan?

Tunggu.
Aku tak akan membahasnya lebih lanjut. Aku hanya ingin bercerita hal lain.

Kau tahu, hampir saja air mataku tumpah saat ibu menanyakan perihal kuliahku. Bukan apa-apa. Aku hanya teringat tentang jadwal penelitian yang tak bisa terealisasi sesuai rencana.

Kemudian, aku bersyukur. Ada kamu yang selalu mengingatkanku. Kamu yang membuatku tetap bersabar dan menjaga semangat. Bahwa aku masih memiliki kesempatan untuk mewujudkan Oktoberku.

Oktober semakin dekat. Satu permohonanku untukmu. Jangan pernah menyalahkanku bila akhirnya nanti Oktober juga belum menjadi milikku. Aku hanya ingin kamu percaya padaku, bahwa aku sudah berusaha melakukan sesuai dengan kemampuan terbaikku.

Aku tak ingin ada sesal atas apapun yang telah kulakukan. Bagaimanapun semua terjadi atas ijin Allah. Bukankah tugas kita hanya berusaha dan Allah lah sang Pemberi Ijin atas segala sesuatu untuk terjadi (dan tidak terjadi)?

Tak menyalahkan siapapun termasuk diriku sendiri dan juga mereka. Allah telah mengijikankanku untuk berkarya di kotamu. Bertemu denganmu. Bertemu dengan mereka.

Kuliah memang prioritasku, tapi harapan mereka (dan orang tua mereka) untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi, memperoleh gelar sarjana juga menjadi bagian dari tanggung jawabku. Aku bukanlah siapa-siapa. Aku tak mampu memberi jaminan pada mereka tentang kesuksesan. Tapi ijinkan aku menjadi secuil puzzle dari bagian perjalanan hidup mereka (dan juga kamu). Mereka yang membuatku belajar tentang mimpi, harapan, kesempatan, tanggung jawab, persahabatn, dan keluarga.

Semoga kau memahami keputusanku ini. Aku membutuhkan bantuanmu.
Ingatkan aku bila suatu saat nanti aku mulai lupa (dan mengeluh).

Pemalang, 26 Juli 2014
-Nana-

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...