Selasa, 07 Mei 2013

ABRAHAM MOVIC

Gambar diambil dari www.wallcoo.net

Dear Airlangga,
Aku tahu dalam perjalananmu menujuku, waktu pernah mengijinkanmu untuk singgah pada hati lain yang bukan milikku. Begitupun kamu bagiku.

Airlangga,
ijinkan aku bercerita tentang kenangan masa laluku. Tentang dia yang pernah menghuni ruang hatiku sebelum kamu.

Namanya Abraham Movic. Aku biasa memanggilnya Movic. Jika kamu tidak keberatan, kita bisa menyebutnya "pangeran masa kecilku".

Mungkin, kamu tak akan percaya bagaimana dulu aku bisa sangat menggilai pangeranku itu. KONYOL!
Aku mengenalnya saat aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Usiaku masih empat. Dia ketua kelasku. Seperti kamu yang mencuri hatiku dengan caramu berdebat. Dia mencuri hatiku dengan caranya menyiapkan dan memimpin barisan.

Aku menggilainya dengan caraku sendiri. Aku begitu bersemangat menemani Bapak menyemprot padi yang mulai menguning, melirik sekilas ke rumahnya yang terletak di seberang sawah milik Bapak. Menikmati debar jantungku yang berdenyut lebih kencang saat mendapati dia sedang asik bermain bersama dua adiknya di pelataran rumah.

Aku menjadi pengagum rahasianya selama bertahun-tahun. Hingga sekitar akhir tahun 2006, saat aku duduk di kelas XI, aku benar-benar mengenalnya.

Saat itu, Jumat malam, dia datang ke rumahku. Meminta berkenalan.
Setelah itu, layaknya seorang pemuda yang mendekati gadis incarannya, Movic semakin sering datang ke rumah. Lantas, apakah itu membuatku senang karena cinta masa kecilku bersambut?

Jujur, iya. Karena aku tak pernah menyangka akan benar-benar menjadi dekat dengan pangeran masa kecilku. Tapi, itu tak lantas membuatku langsung mengiyakan permintaannya untuk menjadi kekasihku. Aku perlu waktu untuk membuktikan kesungguhan cintanya.

Aku menyadari ada sesuatu yang salah. Dan akhirnya dia pun mengakuinya. Bahwa dia mendekatiku, berusaha mendapatkan cintaku "hanya" untuk sebuah permainan. Permainan konyol antara dia dan teman-temannya.

Airlangga,
Bukankah cinta tak pernah pantas untuk dijadikan permainan? Dan aku rasa, kau pun tahu jika kau hanya ingin bermain-main dengan "cinta", bukan di hatiku tempatnya.

Dear Airlangga,
Aku menceritakan ini bukan untuk membuatmu cemburu karena aku masih mengingat lelaki lain sebelum kamu. Sama sekali tak bermaksud seperti itu. Movic adalah bagian dari masa laluku. Biarkan dia tetap ada di sana.
Lalu KAMU? Kamu adalah yang ada dalam kekinianku. Dan semoga masih kamu untuk masa depanku.

Dan...
kepadamu, tak ada yang perlu aku tutup-tutupi.


Kendal, 07 Mei 2013
_Nana_

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...