Jumat, 09 November 2012

IKAN VS KAIL PANCING

Gambar dari sini

Beberapa waktu lalu saya pernah posting tulisan tentang Ayah  yang mencalonkan diri sebagai kepala desa. Bagaimana kabar Ayah sekarang? Ayah gagal menjadi kepala desa, dan Ayah baik-baik saja....

Ayah memang bukanlah orang kaya. Ayah tak punya uang ratusan juta apalagi sampai milyaran. Puluhan juta saja mungkin Ayah tak punya. Tapi Ayah tetap bertekad mencalonkan diri. Kata Ayah, untuk menjadi kepala desa tak perlu banyak uang, yang penting kaya hati. Peka terhadap kebutuhan dan keinginan masyarakat.

Saya setuju dengan Ayah. Tapi sepertinya, saya dan Ayah keliru. Memang, seorang kepala desa haruslah orang yang kaya hati, yang bijaksana, peka terhadap rakyatnya. Tapi, bagaimana mungkin orang yang tak punya cukup banyak duit seperti Ayah menjadi kepala desa, dan dapat memenuhi kebutuhan & keinginan masyarakat? Kalau ternyata masyarakat lebih suka yang instan, lebih suka diberi ikan daripada kail pancing? Ya. Yang masyarakat butuhkan ternyata uang. Dan Ayah tak punya itu. Pantas saja kalau akhirnya Ayah gagal.

Ayah bilang, partisipasi Ayah dalam pilkades akan dapat melihat seberapa banyak masyarakat yang cerdas. Yang mampu memilih pemimpinnya dengan bijaksana, tak hanya melihat kekayaannya saja. Kalau yang telah mendukung dan memilih Ayah bisa dikatakan sebagai orang yang cerdas, berarti saya ucapkan selamat kepada 620 orang yang benar-benar cerdas. :)

Tapi, mungkin lagi-lagi ayah keliru. Bukan karena masyarakat yang kurang cerdas yang membuat Ayah gagal dalam pemilihan itu. Masyarakat sudah cukup cerdas dengan memilih calon lain yang lebih kaya dari Ayah, yang sangat dermawan, mau membagi-bagikan uang pada masyarakat. Bukankah memang yang diinginkan masyarakat adalah uang? Dengan begitu, berarti mereka sudah cukup cerdas dalam menentukan pemimpinnya bukan?

Masyarakat sudah cukup cerdas menentukan pemimpinnya sesuai keinginannya. Tapi, mungkin masyarakat tak sepenuhnya sadar, bahwa mereka kurang jeli dalam mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan mereka. Mereka merasa butuh ikan, butuh uang. Tapi mereka lupa bahwa ikan atau uang kemungkinan besar akan cepat habis. Mereka lupa memikirkan itu.

Coba kalau mereka mau berpikir lebih bijak sebentar saja, bahwa yang lebih mereka butuhkan adalah kail pancing yang bisa dipakai dimanapun untuk mendapat ikan. Walau di satu tempat ikan sudah habis, dengan kail pancing yang mereka punya mereka bisa mencari ikan di tempat lain.

Mereka tak sadar bahwa mungkin saja Ayah punya kail pancing itu dan bisa memberikannya pada mereka. Atau bahkan mungkin saja Ayah bisa memelihara dan memperbaiki kolam-kolam yang telah ada agar dapat menghasilkan ikan yang lebih banyak?

Ahh, tapi semua sudah diputuskan.
Keputusan masyarakat sudah jelas.

Semoga ikan yang dimiliki pemimpin yang terpilih memang sangat banyak, tak terhingga, selalu ada, dan tak ada habisnya. Dan semoga beliau memang orang yang dermawan, yang tak akan bosan untuk terus membagikan ikan secara gratis.

Semoga... semoga... semoga...

Semoga masyarakat dapat terpenuhi keinginan dan kebutuhan mereka, bukankah itu juga yang diinginkan Ayah?




Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...