Sabtu, 16 April 2011

PEWARNAAN MIKROBA

Ehem..ehem.. Ceritanya niyh di semester akhir ini yang asli mirip mahasiswa pengangguran (kerjaannya cuma tidur, ngrumpi, maen, dan sisanya 25% buat skripsi... Jjiaahh, porsi buat skripsi dikit amat... tapi memang bener gitu adanya.. hehe,,), aku jadi asisten praktikum mikrobiologi dasar buat anak-anak2 semerter 2. Lumayan lah biar nggak nganggur dan bisa refresh ngliat brondong. Ahahahay...

Nah, berhubung jadi asisten niyh, aku nggak mau dong ya keliatan bodo di depan praktikan. So, aku harus buka-buka lagi buku mikrobiologi, belajar lagi biar keliatan pinter gitu...
Padahal mah sebenarnya karena aku lebih dulu tahu dari mereka. Ambil pengalaman dari senin kemarin juga yang sempet agak grogi, harus ngasih materi ke praktikan-praktikan tanpa ada persiapan apapun. Untung, baru materi dasar (perkenalan alat) so lumayan ngerti lah...Buat persiapan prakktikum senin depan aku belajar tentang pewarnaan atau bahasa inggrisnya staining.

Ini nih hasil belajarku :

PEWARNAAN ATAU STAINING

Pewarnaan itu apa sih? Pewarnaan yang dimaksud di sini pastinya ya memberi warna pada mikroorganisme yang akan diamati. Dan mikroorganisme/bakteri yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia ini disebut bakteri terwarnai. Terus, kenapa harus diwarnai? Karena bakteri hidup sukar untuk dilihat dengan mikroskop cahaya biasa. Kok bisa? Karena bakteri itu tidak berwarna sehingga perlu diwarnai agar lebih mudah dilihat dan dipelajari. Selain itu, pewarnaan dengan menggunakan zat pewarna diferensial dapat mengungkapkan perbedaan kimia pada struktur mikroorganisme seperti membedakan flagella, kapsul, dinding sel, membran sel, granula, nukleoid dan spora.

Nah, sebelum melakukan pewarnaan kita harus menyiapkan olesan terlebih dahulu, yaitu sedikit biakan yang disebarkan dalam setetes air pada gelas preparat. Olesan ini dikeringkan pada suhu kamar dan kemudian difiksasi (dilewatkan pada nyala api spirtus) agar melekat erat. Kalau sudah dingin, olesan ini siap untuk diwarnai. Begitu, teman-teman...

Pewarna yang biasanya digunakan itu berupa garam yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion) yang salah satunya berwarna. Pada pewarna basa atau disebut juga pewarna dasar, warna ada pada kation (misalnya methylen blue+ chloride-), sedangkan pewarna asam, warna ada pada ion negatif (misal, sodium+ eosinate-).

Sel bakteri mengandung asam amino/asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma. Jadi, ketika diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat ini akan bereaksi dengan ion positif pewarna basa. Oh ya, pewarna basa yang biasa digunakan itu antara lain safranin, methylen blue dan kristal violet.

Sebaliknya nih, pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri sehingga pewarna asam hanya menghasilkan pewarnaan pada latar belakang saja, tidak mewarnai sel bakteri secara merata.
Hm,, udah ya... Ini dulu aja... Udah capek. Besok dilanjutkan teknik pewarnaan. SEMANGAT! 

Oiya, ini buku-buku yang aku baca
1. Volk WA & Wheeler MF. Adisoemarto, S (Ed). Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993.
2. Brooks GF, Butel JS & Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelberg’s: Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2001. Jakarta : Salemba Medika. 2001.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hm,, pewarnaan, pengecatan, staining... Nice blog... Thanks ya bisa bantu buat bikin laporan praktikum nih...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...