Jumat, 29 April 2011

A.Saef : (Just) be friend


Seharusnya saat ini saya sedang sibuk menyelesaikan skripsi saya. Tapi, saya malah teringat dia dan ingin menuliskan tentangnya.

Saya mengenalnya dari tahun 1995. Lama juga ya? Ya, saat itu saya masih (pura-pura) sekolah di TK Handayani IV di sebuah Desa di Pemalang. Saya katakan pura-pura karena saya nggak pernah merasa benar-benar bersekolah. :D

Kalau nggak salah saat itu dia sebagai ketua kelas yang tiap pagi harus menyiapkan barisan sebelum akhirnya masuk ke dalam kelas. Nggak tahu apa yang ada dalam pikiran saya saat itu kenapa akhirnya saya jadi sangat menyukai dia, bahkan tergila-gila padanya. Saya tidak (pernah) tahu apakah dia mengenal saya saat itu. Sadar diri karena saya murid kecil ingusan yang nggak menarik perhatian. Hehe,,

Seperti yang sudah saya bilang tadi, saya tergila-gila padanya. Oh, God! Kok bisa ya? Saya juga nggak ngerti. Yang saya tahu walopun akhirnya saya dan dia harus beda sekolah (SD, SMP, SMA nggak pernah bareng) saya pernah sangat senang cuma gara-gara tanpa sengaja ketemu dia di jalan. Hanya ketemu saja saya sudah girang. Terus saya juga ingat saya rela mengubek-ubek kertas ulangan hanya untuk mendapatkan kertas yang bertuliskan nama dia saat diminta sama Guru Agama di SD buat nyocokin jawaban ulangan SD sebelah, tempat dia sekolah. Kebetulan Guru Agamanya sama. (Ih, norak bangett...)

Ah, pokoknya saya tergila-gila padanya tanpa dia tahu. Sampe beranjak gede pun saya masih tergila-gila. Ada banyak nama yang kubuat untuk dia; Panglik (kependekan dari pangaran cilik), Little P (alias little prince), SaeGirl (ini lebih ditujukan buat saya sih...), trus apa lagi ya? udah lupa. Saya sampai bingung sendiri sebenarnya apa siy yang istimewa dari dia? Padahal saya sendiri nggak pernah benar-benar mengenal dia sampai
saya kelas dua SMA.

Ceritanya malem itu ada tamu datang ke rumah. Yang bukain pintu kalau nggak salah kakakku.

Kakak : Na, ada temenmu tuh.
Saya : Hah, siapa?

Saya ngeloyor ke ruang tamu dan betapa kagetnya saya saat melihat ada dia di situ. Serasa mau pingsan. Lebai. Nggak pernah nyangka saya kalau akhirnya saya jadi bener-bener dekat dengan dia sejak malam itu. Hingga akhirnya dia menyatakan perasaannya. Saya bukan tipe orang yang suka berterus terang, mungkin saya lebih pantas disebut pembohong. Karena saya malah menolak dia. Saya bilang saya nggak suka dia. Dan ini yang saya suka dari dia. Walaupun saya sudah menolaknya dia tetap dekat dengan saya dan justru malah semakin dekat (tidak seperti kebanyakan cowok yang saya tahu setelah ditolak atau diputus akan menjauh).

Saya dan dia menjalin hubungan yang nggak jelas sampai sekarang. Kenapa saya bilang nggak jelas? Kami sama-sama punya rasa yang sama tapi nggak berpacaran. Ingat ya, saya dan dia tidak pacaran! Dia sekarang ada di seberang pulau tapi tetap menjalin komunikasi dengan saya. Walaupun cuma dua bulan sekali.

Ah, inilah yang saya suka dari dia. Hanya dia yang membuat saya (kadang) tidak menjadi pembohong perasaan. Hanya dia yang berani memangil saya "kasdan" (yang kata dia artinya bodoh dan stress, pokoknya nggak baek banget lah)

Ini percakapan terakhir saya dengan dia.

A.saef : Kasdan, kamu melet aku ya?
Saya : Ih, pede banget... Ngapain aku melet kamu?
A. saef : jujur aja deh... Kamu melet aku kan? Abisnya kamu tu selalu aja dateng di mimpiku nggak siang nggak malem... Sebel aku?
Saya :Bagus dong... Bukannya kamu malah seneng? Wkakkaka... Kamu kali yang melet aku?
A. saef : Ye, malah ikut-ikutan.
Saya : Lha abisnya aku tuh nggak bisa ngelupain kamu. Walaupun kamu udah jauh tetep aja aku inget kamu terus. (ini pasti bukan saya yang ngomong deh...)
A. saef : Bilang aja kalau kamu sebenernya suka sama aku!
Saya : Kalau bener aku suka kamu, gimana?
A. saef : Udah lah, nggak usah nggombal... Gini loh, kasdan. aku mang cinta sama kamu, dari dulu aku juga dah sering bilang. Tapi masalahnya aku tuh nggak pernah mau nikah sama kamu...
Saya : (Diem sesaat)... Kenapa?
A. saef : Aku masih inget pas kamu bilang kamu tuh nggak mau punya suami yang jarang di rumah.
Saya: (Diem lagi... mikir... Saya memang pembohong. Saya nggak pernah seperti itu tapi saya mengatakannya. Padahal dulu saya malah sering berkhayal punya pasangan orang militer yang jarang di rumah jadi ketemu berapa bulan sekali dan sekali ketemu jadi romantis. Ohhh...)


Saya nyaman berteman dekat dengan dia. Mungkin bener kalau ada yang bilang persahabatan antara cowok dan cewek tidak pernah ada kalau tidak ada rasa tertarik atau cinta di antara keduanya. Tapi, saya setuju juga kalau cinta tak harus memiliki? Buktinya saya dan dia malah tidak ingin saling memiliki satu sama lain. Saya dan dia mungkin sampai beberapa tahun ke depan akan tetap berteman seperti sekarang ini. (Just) be friend... Dan siapapun nanti yang menjadi pasangan (kekasih) kami, kami merestuinya... Haiaah,, apa pula ini?

Aih, panjang bener tulisan saya...

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...