Gambar diambil dari sini |
Hujan.
Aku memang hampir tak pernah menyukai hujan. Hujan hanya menciptakan gigil pada tubuh-tubuh yang kuyup. Jalanan basah dan licin. Kilatan cahaya menyilaukan yang mungkin saja dapat melenyapkanmu dalam sekejap.
Saat aku menulisnya di akun jejaring sosialku, salah seorang teman menyuruhku untuk mencoba menerima hujan tanpa perlawanan.
Dan...
Hari ini, ijinkan aku meminta maaf pada hujan.
Hujan.
Sebenarnya aku tak pernah benar-benar membencimu.
Aku menyukai melodi yang berhasil tercipta lewat rintik gerimis pada kaca jendela. Bukankah kau dan gerimis adalah dua yang sebenarnya satu?
Aku menikmati pelangi yang kau suguhkan sebagai tanda perpisahan. Aku merindukan pelangi. Bukankah itu menandakan suatu pengharapan dariku atas kedatanganmu? Pelangi tak pernah datang sendiri, bukan? Selalu bersamamu.
Hujan.
Aku akan mencoba lebih menyukaimu. Mungkin, aku akan menuruti saran temanku. Menikmati kedatanganmu tanpa perlawanan.
Hmm, bolehkah aku mengajukan satu permintaan padamu?
Maukah kau datang malam nanti?
Aku ingin mencecap rindu bersamamu.
Hanya saja, bisakah kau datang tanpa petir?
Aku tak suka petir.
Kurasa petir itu sombong.
Mentang-mentang memiliki kilatan paling bercahaya, petir bisa marah-marah sesukanya.
Aku tak suka.
Kuharap dia menjadi bisu.
Hujan,
datanglah sendiri malam ini.
Nanti kita bekukan kenangan dalam sunyi.
Pemalang, 9 Agustus 2013
"SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN"
2 komentar:
walau terlambat, tp mhon maaf lahir dan batin ya
happy ied mubarok
Posting Komentar