Secangkir cokelat panas yang kau nikmati bersama si gadis. Gambar diambil dari sini |
Aku adalah puing-puing malam yang kau
tinggalkan. Tercecer di setiap sudut ruang. Diterbangkan debu jalanan.
Menyaksikan tingkah dua anak remaja yang tak lain adalah kalian. Berdua.
Berbonceng di atas sepeda motor. Berbincang dan sesekali tertawa di sepanjang
jalan meninggalkan kafe. Malu-malu tangan si gadis memeluk pinggangmu dari
belakang. Merah mukamu dan rekah senyummu tak mampu kau sembunyikan dariku. Si gadis
pun menyimpan senyumnya untukku sembari menikmati hangat punggungmu.
Aku adalah puing-puing malam yang kau
tinggalkan. Tercecer di setiap sudut ruang. Di lantai teras rumah. Bersama si
gadis yang terus menatap punggungmu yang semakin mengecil. Hingga akhirnya
menghilang di telan belokan jalan. Ini pertemuan terakhir.
Aku adalah puing-puing malam yang kau
tinggalkan. Tercecer di setiap sudut ruang. Di atas kasur si gadis. Merekam
beribu sms yang pernah kau kirimkan untuk si gadis. Menghantarkan rindu si
gadis yang tak pernah kau terima. Kau pergi tak akan pernah kembali...
Tembalang, 29 Nop 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar