Dalam rangka ulang tahun Kota Semarang ke-464, Semarang menggelar acara karnaval yang diberi nama Semarang Night Carnival (SNC). Semarang Night Carnival ini mirip seperti karnaval tahunan yang diadakan di Jember dan Solo, hanya saja untuk membuat beda SNC berlangsung di malam hari. SNC merupakan acara karnaval perdana yang diadakan Kota Semarang dan rencananya akan menjadi acara rutin tahunan Kota Semarang. *yah, semoga aja...*
Nah, saya bersama teman kos nggak mau kalah ikutan nonton nih SNC yang diisukan bakal bikin heboh masyarakat Semarang. Dan benar saja memang heboh. Saya yang berangkat agak telat (pukul 19.00 dari Tembalang, padahal acara dimulai pukul 18.45) langsung menuju ke Jalan Pahlawan, depan Gubernuran yang menjadi titik akhir dari karnaval ini. Oh ya, rute karnaval dimulai dari Jalan Pemuda, kawasan Tugu Muda, Jalan Pandanara, kawasan Simpang Lima dan berakhir di depan Kantor Gubernur.
Sampai di Jalan Pahlawan, rombongan karnaval yang diberitakan mencapai sekitar 2000 orang telah memulai atraksi. Langsung saja saya berinisiatif untuk memarkir si Beati Merah (motorku) secara sembarangan (yang ini jangan dicontoh ya...) dan merangsek ke barisan depan agar dapat melihat rombongan karnaval. Ah, untung saya tidak telat-telat banget... Hanya atraksi dari rombongan PIP yang memang ada di depan yang saya lewatkan.
Wuihh, seru! Ada berbagai macam kostum yang dikenakan oleh para peserta. Kostum-kostum yang dikenakan terbagi dalam beberapa tema yaitu ada flora, fauna, putri Cina, putri Jawa, putri Arab dan prajurit Cheng Ho serta kostum fantastis lainnya. Rombongan paling depan setelah PIP yang sempat saya lihat adalah rombongan tamu dari Solo Batik Carnival (SBC) yang terdiri sekitar 100 orang (Saya tidak tahu pasti karena tidak menghitungnya. Hehe,,).
Baru separuh rombongan yang melakukan atraksi di depan Wali Kota Semarang dan para tamu undangan, hujan rintik-rintik mengguyur Kota Semarang. Barisan warga yang antusias menyaksikan karnaval ini berkurang seiring dengan rintik hujan yang semakin deras. Saya pun ikut mundur perlahan kembali ke tempat si Beati Merah parkir. Aih, ternyata panitia mampu membaca kondisi ini. Untuk kembali menarik perhatian warga, akhirnya dinyalakanlah kembang api yang warna-warni membelah langit (tidak tahu juga sih memang sudah sesuai skenario untuk menyalakan kembang api atau tidak, kan saya bukan panitianya... Hehe). Well, kembang api ini berhasil membuat rombongan warga yang mulai membubarkan diri untuk berhenti sebentar menyaksikan atraksi kembang api.
Sepertinya pawang hujan kurang bekerja secara optimal, hujan semakin deras. Para penonton pun membubarkan diri karena tidak mau basah kuyup. Termasuk saya. Dan akhirnya, kapal Cheng Ho yang diisi oleh putri-putri China yang diperankan oleh anggota Sanggar Phonix pun luput dari perhatian. Ah, padahal saya ingin sekali menyaksikan ini tapi apa daya saya pun tidak mau basah kuyup mengulang kejadian sehari sebelumnya yang kedinginan terguyur hujan. Saya hanya sempat menyaksikan sampai rombongan bertema fauna kemudian mundur dan menyaksikan kembang api di tempat Beati parkir, tidak memedulikan lagi atraksi peserta karnaval.
Berhubung saya terlalu terpesona dengan kostum para peserta, saya tidak sempat untuk mengabadikannya (padahal mah karena saya tidak punya kamera... Hehe,,). Alhasil, saya cukup mengabadikan acara ini dalam memori otak saya. Kalau tahun depan ada acara semacam ini lagi dan saya masih punya kesempatan untuk menyaksikannya, saya akan lebih mempersiapkan diri. Ceile... Maksudnya yaitu dengan datang lebih awal dan membawa kamera digital, kan lumayan juga fotonya dapat diikutkan dalam lomba fotografi (Ya, ada lomba fotografinya juga lho...)
Gambar salah satu peserta karnaval di atas, saya ambil dari suara merdeka.
Nah, saya bersama teman kos nggak mau kalah ikutan nonton nih SNC yang diisukan bakal bikin heboh masyarakat Semarang. Dan benar saja memang heboh. Saya yang berangkat agak telat (pukul 19.00 dari Tembalang, padahal acara dimulai pukul 18.45) langsung menuju ke Jalan Pahlawan, depan Gubernuran yang menjadi titik akhir dari karnaval ini. Oh ya, rute karnaval dimulai dari Jalan Pemuda, kawasan Tugu Muda, Jalan Pandanara, kawasan Simpang Lima dan berakhir di depan Kantor Gubernur.
Sampai di Jalan Pahlawan, rombongan karnaval yang diberitakan mencapai sekitar 2000 orang telah memulai atraksi. Langsung saja saya berinisiatif untuk memarkir si Beati Merah (motorku) secara sembarangan (yang ini jangan dicontoh ya...) dan merangsek ke barisan depan agar dapat melihat rombongan karnaval. Ah, untung saya tidak telat-telat banget... Hanya atraksi dari rombongan PIP yang memang ada di depan yang saya lewatkan.
Wuihh, seru! Ada berbagai macam kostum yang dikenakan oleh para peserta. Kostum-kostum yang dikenakan terbagi dalam beberapa tema yaitu ada flora, fauna, putri Cina, putri Jawa, putri Arab dan prajurit Cheng Ho serta kostum fantastis lainnya. Rombongan paling depan setelah PIP yang sempat saya lihat adalah rombongan tamu dari Solo Batik Carnival (SBC) yang terdiri sekitar 100 orang (Saya tidak tahu pasti karena tidak menghitungnya. Hehe,,).
Baru separuh rombongan yang melakukan atraksi di depan Wali Kota Semarang dan para tamu undangan, hujan rintik-rintik mengguyur Kota Semarang. Barisan warga yang antusias menyaksikan karnaval ini berkurang seiring dengan rintik hujan yang semakin deras. Saya pun ikut mundur perlahan kembali ke tempat si Beati Merah parkir. Aih, ternyata panitia mampu membaca kondisi ini. Untuk kembali menarik perhatian warga, akhirnya dinyalakanlah kembang api yang warna-warni membelah langit (tidak tahu juga sih memang sudah sesuai skenario untuk menyalakan kembang api atau tidak, kan saya bukan panitianya... Hehe). Well, kembang api ini berhasil membuat rombongan warga yang mulai membubarkan diri untuk berhenti sebentar menyaksikan atraksi kembang api.
Sepertinya pawang hujan kurang bekerja secara optimal, hujan semakin deras. Para penonton pun membubarkan diri karena tidak mau basah kuyup. Termasuk saya. Dan akhirnya, kapal Cheng Ho yang diisi oleh putri-putri China yang diperankan oleh anggota Sanggar Phonix pun luput dari perhatian. Ah, padahal saya ingin sekali menyaksikan ini tapi apa daya saya pun tidak mau basah kuyup mengulang kejadian sehari sebelumnya yang kedinginan terguyur hujan. Saya hanya sempat menyaksikan sampai rombongan bertema fauna kemudian mundur dan menyaksikan kembang api di tempat Beati parkir, tidak memedulikan lagi atraksi peserta karnaval.
Berhubung saya terlalu terpesona dengan kostum para peserta, saya tidak sempat untuk mengabadikannya (padahal mah karena saya tidak punya kamera... Hehe,,). Alhasil, saya cukup mengabadikan acara ini dalam memori otak saya. Kalau tahun depan ada acara semacam ini lagi dan saya masih punya kesempatan untuk menyaksikannya, saya akan lebih mempersiapkan diri. Ceile... Maksudnya yaitu dengan datang lebih awal dan membawa kamera digital, kan lumayan juga fotonya dapat diikutkan dalam lomba fotografi (Ya, ada lomba fotografinya juga lho...)
Gambar salah satu peserta karnaval di atas, saya ambil dari suara merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar