Pagiii...
Hari ini melanjutkan pelajaran yang kemarin... Masih tentang pewarnaan. Nah, kali ini masuk pada teknik pewarnaan. (Hm,, kok jadi tegang banget gini ya... Bahasanya formal banget... )
Oh iya, sebelum masuk ke teknik pewarnaan, prosedur pewarnaan ini dikembangkan pastinya ada tujuannya ya...
Nah antara lain untuk mengamati dengan lebih baik tampang morfologi mikroorganisme secara kasar, mengidentifikasi bagian-bagian struktur sel mikroorganisme dan membantu mengidentifikasi dan/atau membedakan organisme yang serupa.
Hm,, langsung masuk materi inti aja kali ya...
TEKNIK PEWARNAAN
Ada berbagai teknik pewarnaan mikroorganisme yang pastinya digunakan untuk tujuan yang berbeda dan prosedurnya pun berbeda. Apa aja sih teknik pewarnaan yang dipakai? Ayoo,, buka catatan ringkasan belajar tadi malem...
Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif itu pewarnaan latar belakang dengan pewarna asam dan membiarkan sel tetap tidak berwarna. Biasanya nih pewarna yang digunakan tinta India atau hitam nigrosin. Metode ini digunakan pada sel atau struktur sel yang sulit diwarnai secara langsung.
Pewarnaan Sederhana
Namanya aja pewarnaan sederhana jadi ya prosesnya sederhana. Cuma menambahkan zat pewarna tunggal pada olesan yang sudah difiksasi. Pewarna yang digunakan bisa memilih salah satu dari zat pewarna ini : kristal violet, safranin, methylen blue, fuchsin atau pewarna anilin basa lainnya. Setelah 30-60 detik, preparat dibilas atau dicuci dengan air mengalir dan object glass dikeringkan dengan kertas pengisap dengan hati-hati. Nah, sekarang preparat siap untuk diamati di bawah mikroskop. Pewarnaan sederhana ini digunakan untuk menunjukkan ukuran, bentuk dan tata letak sel.
Biasanya nih, sel-sel bakteri terwarnai secara merata. Tapi, pada beberapa mikroorganisme , terutama kalau menggunakan methylen blue, beberapa granulanya tampak lebih gelap ketimbang bagian-bagian sel lainnya.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan ini yang paling sering digunakan nih...
Kenapa dinamakan pewarnaan gram? Oowh, ternyata karena pewarnaan ini pertama kali dipublikasikan oleh Christian Gram pada tahun 1884. (wah, keren ya walaupun orangnya sudah nggak ada tapi namanya tetap hidup, dikenang banyak orang... Kamu bisa nggak, Na kaya gitu??).
Prosedur dalam pewarnaan gram ini dimulai dengan pemberian pewarna basa yaitu kristal violet. Setelah 60 detik, dibilas dan olesan dibasahi dengan larutan iodine. Pada tahap ini bakteri terwarnai menjadi ungu. 60 detik kemudian, dibilas dan gelas preparat dicuci dengan alkohol 95% selama 15-30 detik. Sel gram-positif akan tetap mengikat senyawa kristal violet sehingga tetap berwarna ungu; sel gram-negatif warnanya hilang. Dan terakhir, preparat diwarnai dengan safranin selama 30 detik. Sel gram negatif yang tidak berwarna menyerap warna ini menjadi merah; sel gram-positif tidak terpengaruh dan tetap berwarna ungu.
Kenapa ya kok bisa beda-beda gitu? Oowh, ternyata perbedaan warna yang kemudian membedakan organisme menjadi gram-positif dan gram-negatif ini disebabkan adanya perbedaan dalam struktur kimiawi permukaan atau dinding sel bakteri. Dinding sel gram-positif mengalami dehidrasi saat dilarutkan alkohol sehingga pori-porinya menciut dan akibatnya zat pewarna terperangkap di antara dinding sel dan membran sitoplasma. Sedangkan, dinding sel gram-negatif mengalami peluruhan atau pengikisan zat-zat lipid saat dilarutkan alkohol sehingga pori-porinya mengembang mengakibatkan kompleks zat pewarna ke luar dari sel dan ketika diberi pewarna safranin sel akan menyerap warna safranin menjadi merah.
Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini disebut juga dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan digunakan untuk memisahkan bakteri tahan asam (misalnya dari marga Mycobacterium yang antara lain sebagai penyebab tuberkulosis dan lepra).
Prosesnya, olesan diwarnai dengan karbolfukhsin dan difiksasi kemudian dilakukan dekolorisasi dengan acid alkohol. Dan terakhir di beri pewarna tandingan yaitu methylen blue. Nah, bakteri yang tahan asam seperti Mycobacteria jika diwarnai dengan karbolfukhsin sifat kimianya yang unik mengikat atau menahan zat pewarna walaupun didekolorisasi dengan menggunakan acid alkohol. Sedangkan pada bakteri lain yang tidak tahan asam dekolorisasi ini menghilangkan zat pewarna kecuali pada bakteri patogen yang berbentuk seperti jamur yang diklasifikasikan dalam marga Nocardia. Bakteri ini tidak setahan asam seperti Mycobacteria, dan pencucian terus-menerus menyebabkan Nocardia kehilangan zat warna.
Pewarnaan Flagella
Ini siy sudah jelas digunakan untuk pengamatan flagella... Flagella terlalu halus untuk dilihat dengan mikroskop cahaya sehingga diperlukan pewarnaan ini dimana tannic acid salt (mordan) yang diberikan akan dengan cepat mengendap pada dinding sel dan flagella. Dengan cara ini , diameter flagella terlihat lebih besar setelah diwarnai dengan fuchsin.
Pewarnaan Kapsul
Pewarnaan kapsul ini menggunakan larutan kristal violet panas yang diikuti pencucian dengann larutan tembaga sulfat. Larutan tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan kelebihan pewarna karena pencucian konvensioanl dengan air akan merusak kapsul. Selain itu, tembaga sulfat juga memberikan warna pada latar belakang. Sel dan latar belakang berwarna biru gelap dan kapsul berwarna biru pucat sehinggan terlihat seperti zona bening.
Pewarnaan Spora
Spora secara sederhana bisa dilihat sebagai badan intraseluler (intracellular refractile bodies) pada suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai area tidak berwarna dalam sel yang diwarnai dengan metode konvensional. Dinding spora relatif impermeabel, tetapi zat pewarna dapat dibuat menembusnya dengan pemanasan preparat. Sifat impermeabel ini juga dapat menghambat dekolorisasi spora pada tahap pemberian alkohol yang biasanya cukup untuk dekolorisasi sel vegetatif. Terakhir adalah counterstrain (pewarna tandingan). Spoora umumnya diwarnai dengan malasit hijau atau karbolfukhsin.
Pewarnaan Giemsa
Pewarna giemsa diterapkan pada olesan darah atau olesan spesimen-spesimen lain. Pewarnaann ini digunakan untuk mengamati protozoa pada olesan darah; riketsia di dalam sel-sel tertentu dan nukleus pada bakteri.
Sumber Pustaka yang aku gunakan nih....
1. Brooks GF, Butel JS & Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelberg’s: Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2001. Jakarta : Salemba Medika. 2001.
2. Davey P. Safitri A (Ed). At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga, 2005.
3. Dwidjoseputro D. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan, 1989.
4. Hadioetomo RS. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia, 1990.
5. Jeffery, P. Alcamo’s Fundamental of Microbiology. Sudbury : Jones and Bartlett Publishers International, 2004.
6. Pelczar MJ & Chan ECS. Dasar-dasar Mikrobiologi. Terjemahan oleh Ratna SiriHadioetomo. 2006. Jakarta : UI-Press. 1986.
7. Volk WA & Wheeler MF. Adisoemarto, S (Ed). Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993.
8. Wheelis M. Principles of Modern Microbiology. Ontario : Jones and Bartlett Publishers Canada, 2008.
Hari ini melanjutkan pelajaran yang kemarin... Masih tentang pewarnaan. Nah, kali ini masuk pada teknik pewarnaan. (Hm,, kok jadi tegang banget gini ya... Bahasanya formal banget... )
Oh iya, sebelum masuk ke teknik pewarnaan, prosedur pewarnaan ini dikembangkan pastinya ada tujuannya ya...
Nah antara lain untuk mengamati dengan lebih baik tampang morfologi mikroorganisme secara kasar, mengidentifikasi bagian-bagian struktur sel mikroorganisme dan membantu mengidentifikasi dan/atau membedakan organisme yang serupa.
Hm,, langsung masuk materi inti aja kali ya...
TEKNIK PEWARNAAN
Ada berbagai teknik pewarnaan mikroorganisme yang pastinya digunakan untuk tujuan yang berbeda dan prosedurnya pun berbeda. Apa aja sih teknik pewarnaan yang dipakai? Ayoo,, buka catatan ringkasan belajar tadi malem...
Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif itu pewarnaan latar belakang dengan pewarna asam dan membiarkan sel tetap tidak berwarna. Biasanya nih pewarna yang digunakan tinta India atau hitam nigrosin. Metode ini digunakan pada sel atau struktur sel yang sulit diwarnai secara langsung.
Pewarnaan Sederhana
Namanya aja pewarnaan sederhana jadi ya prosesnya sederhana. Cuma menambahkan zat pewarna tunggal pada olesan yang sudah difiksasi. Pewarna yang digunakan bisa memilih salah satu dari zat pewarna ini : kristal violet, safranin, methylen blue, fuchsin atau pewarna anilin basa lainnya. Setelah 30-60 detik, preparat dibilas atau dicuci dengan air mengalir dan object glass dikeringkan dengan kertas pengisap dengan hati-hati. Nah, sekarang preparat siap untuk diamati di bawah mikroskop. Pewarnaan sederhana ini digunakan untuk menunjukkan ukuran, bentuk dan tata letak sel.
Biasanya nih, sel-sel bakteri terwarnai secara merata. Tapi, pada beberapa mikroorganisme , terutama kalau menggunakan methylen blue, beberapa granulanya tampak lebih gelap ketimbang bagian-bagian sel lainnya.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan ini yang paling sering digunakan nih...
Kenapa dinamakan pewarnaan gram? Oowh, ternyata karena pewarnaan ini pertama kali dipublikasikan oleh Christian Gram pada tahun 1884. (wah, keren ya walaupun orangnya sudah nggak ada tapi namanya tetap hidup, dikenang banyak orang... Kamu bisa nggak, Na kaya gitu??).
Prosedur dalam pewarnaan gram ini dimulai dengan pemberian pewarna basa yaitu kristal violet. Setelah 60 detik, dibilas dan olesan dibasahi dengan larutan iodine. Pada tahap ini bakteri terwarnai menjadi ungu. 60 detik kemudian, dibilas dan gelas preparat dicuci dengan alkohol 95% selama 15-30 detik. Sel gram-positif akan tetap mengikat senyawa kristal violet sehingga tetap berwarna ungu; sel gram-negatif warnanya hilang. Dan terakhir, preparat diwarnai dengan safranin selama 30 detik. Sel gram negatif yang tidak berwarna menyerap warna ini menjadi merah; sel gram-positif tidak terpengaruh dan tetap berwarna ungu.
Kenapa ya kok bisa beda-beda gitu? Oowh, ternyata perbedaan warna yang kemudian membedakan organisme menjadi gram-positif dan gram-negatif ini disebabkan adanya perbedaan dalam struktur kimiawi permukaan atau dinding sel bakteri. Dinding sel gram-positif mengalami dehidrasi saat dilarutkan alkohol sehingga pori-porinya menciut dan akibatnya zat pewarna terperangkap di antara dinding sel dan membran sitoplasma. Sedangkan, dinding sel gram-negatif mengalami peluruhan atau pengikisan zat-zat lipid saat dilarutkan alkohol sehingga pori-porinya mengembang mengakibatkan kompleks zat pewarna ke luar dari sel dan ketika diberi pewarna safranin sel akan menyerap warna safranin menjadi merah.
Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini disebut juga dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan digunakan untuk memisahkan bakteri tahan asam (misalnya dari marga Mycobacterium yang antara lain sebagai penyebab tuberkulosis dan lepra).
Prosesnya, olesan diwarnai dengan karbolfukhsin dan difiksasi kemudian dilakukan dekolorisasi dengan acid alkohol. Dan terakhir di beri pewarna tandingan yaitu methylen blue. Nah, bakteri yang tahan asam seperti Mycobacteria jika diwarnai dengan karbolfukhsin sifat kimianya yang unik mengikat atau menahan zat pewarna walaupun didekolorisasi dengan menggunakan acid alkohol. Sedangkan pada bakteri lain yang tidak tahan asam dekolorisasi ini menghilangkan zat pewarna kecuali pada bakteri patogen yang berbentuk seperti jamur yang diklasifikasikan dalam marga Nocardia. Bakteri ini tidak setahan asam seperti Mycobacteria, dan pencucian terus-menerus menyebabkan Nocardia kehilangan zat warna.
Pewarnaan Flagella
Ini siy sudah jelas digunakan untuk pengamatan flagella... Flagella terlalu halus untuk dilihat dengan mikroskop cahaya sehingga diperlukan pewarnaan ini dimana tannic acid salt (mordan) yang diberikan akan dengan cepat mengendap pada dinding sel dan flagella. Dengan cara ini , diameter flagella terlihat lebih besar setelah diwarnai dengan fuchsin.
Pewarnaan Kapsul
Pewarnaan kapsul ini menggunakan larutan kristal violet panas yang diikuti pencucian dengann larutan tembaga sulfat. Larutan tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan kelebihan pewarna karena pencucian konvensioanl dengan air akan merusak kapsul. Selain itu, tembaga sulfat juga memberikan warna pada latar belakang. Sel dan latar belakang berwarna biru gelap dan kapsul berwarna biru pucat sehinggan terlihat seperti zona bening.
Pewarnaan Spora
Spora secara sederhana bisa dilihat sebagai badan intraseluler (intracellular refractile bodies) pada suspensi sel yang tidak diwarnai atau sebagai area tidak berwarna dalam sel yang diwarnai dengan metode konvensional. Dinding spora relatif impermeabel, tetapi zat pewarna dapat dibuat menembusnya dengan pemanasan preparat. Sifat impermeabel ini juga dapat menghambat dekolorisasi spora pada tahap pemberian alkohol yang biasanya cukup untuk dekolorisasi sel vegetatif. Terakhir adalah counterstrain (pewarna tandingan). Spoora umumnya diwarnai dengan malasit hijau atau karbolfukhsin.
Pewarnaan Giemsa
Pewarna giemsa diterapkan pada olesan darah atau olesan spesimen-spesimen lain. Pewarnaann ini digunakan untuk mengamati protozoa pada olesan darah; riketsia di dalam sel-sel tertentu dan nukleus pada bakteri.
Sumber Pustaka yang aku gunakan nih....
1. Brooks GF, Butel JS & Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelberg’s: Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2001. Jakarta : Salemba Medika. 2001.
2. Davey P. Safitri A (Ed). At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga, 2005.
3. Dwidjoseputro D. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan, 1989.
4. Hadioetomo RS. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : PT Gramedia, 1990.
5. Jeffery, P. Alcamo’s Fundamental of Microbiology. Sudbury : Jones and Bartlett Publishers International, 2004.
6. Pelczar MJ & Chan ECS. Dasar-dasar Mikrobiologi. Terjemahan oleh Ratna SiriHadioetomo. 2006. Jakarta : UI-Press. 1986.
7. Volk WA & Wheeler MF. Adisoemarto, S (Ed). Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993.
8. Wheelis M. Principles of Modern Microbiology. Ontario : Jones and Bartlett Publishers Canada, 2008.
1 komentar:
Thanks ya... Postingan bantu gue bikin laporan praktium...
Posting Komentar